INCARQQ - Arsenal sebenarnya punya banyak talenta muda yang sayangnya justru bersinar di klub lain, setelah didepak The Gunners dalam karir mereka.
Sebut saja Serge Gnabry dan Wojciech Szczesny, yang menjadi bintang sepak bola usai dijual The Gunners. Penampilan Gnabry bahkan sukses membawa Bayern Munchen menjadi juara Bundesliga dan Liga Champions.
Keseluruhan, para pemain yang tinggalkan klub London Utara itu memang gagal di Emirates, tapi mereka malah menikmati karir dan kehidupannya setelah menjauh dari Arsenal.
Berikut ini para pemain yang dibuang The Gunners tapi bersinar setelah mengucapkan selamat tinggal kepada rekan-rekannya di London Colney, seperti dilansir The Sun:
Serge Gnabry
Penyerang internasional Jerman ini didatangkan Arsene Wenger pada tahun 2010, saat ia masih berusia 16 tahun. Perekrutannya dianggap sebagai kudeta besar-besaran, karena Gnabry sudah disebut-sebut sebagai pemain masa depan di sepak bola Jerman.
Kualitasnya bahkan diakui Mesut Ozil yang menyebut Gnabry sebagai pemain terbaik yang pernah bermain dengannya, setelah ia bermain di pertandingan Liga Champions melawan Bayern Munchen – saat usianya masih 18 tahun.
Sayangnya, meskipun namanya masuk sebagai nominasi Golden Boy 2013, namun Gnabry alami cedera lutut yang sangat serius yang menghentikan progresnya di lapangan.
Saat dia kembali bugar, Gnabry menemukan dirinya telah tersingkir dari susunan pemain utama Arsenal, hingga sempat dipinjamkan ke West Bromwich Albion. Namun, di klub itu Gnabry pun hanya bermain tiga kali. Pelatih Tony Pulis menyatakan, permainan Gnabry tak bagus untuk Liga Premier.
Wenger kemudian menjual Gnabry ke Werder Bremen pada tahun 2017, dengan harga yang terjun bebas. Dan, setelah selalu tampil di Bundesliga sejak saat itu, ia kemudian pindah ke Bayern Munchen, di mana dia berhasil menghancurkan pertahanan banyak klub di seantero Eropa.
Donyell Malen
Setelah dikaitkan dengan rencana kepulangan ke Arsenal, sementara Liverpool dan Everton juga dikabarkan tertarik mendatangkannya, Malen malah tinggalkan bergabung dengan PSV Eindhoven pada tahun 2017.
Malen sendiri aslinya merupakan produk akademi Ajax, sebelum The Gunners merekrutnya di tahun 2015. Namun, di London Utara, Malen gagal menembus skuad utama, meskipun Wenger menggambarkan dirinya sebagai penyerang yang memiliki ‘kualitas menarik’ dalam pramusim yang mereka gelar di Australia dan China.
Pada tahun 2018, Malen menjadi bintang saat PSV memenangkan gelar Liga Belanda, dan dia berhasil menyumbangkan 11 gol di semua kompetisi. Selanjutnya, pemain berusia 21 tahun itu terus tunjukkan kekuatannya sejak saat itu, bahkan menjadi bintang di PSV maupun Timnas Belanda.
Ismael Bennacer
Di tahun 2015, Bennacer tinggalkan klub Prancis, Arles, untuk gabung Arsenal. Dia memulai debutnya di ajang Piala Liga di tahun yang sama, dan sayangnya The Gunners kalah telak 3-0 dari klub Championship, Sheffield Wednesday.
Bennacer selalu ingin bermain di tim utama, hingga menerima tawaran pinjaman ke tim Ligue 2, Tours, pada tahun 2017, dan tampil cukup menawan. Ia akhirnya pindah secara permanen ke klub Italia, Empoli.
Pada tahun 2018, Bennacer berhasil membantu klub itu mendapat promosi ke Serie A, meskipun hanya semusim kemudian klub itu kembali degradasi. Walau klubnya kembali ke Serie B, namun Bennacer berhasil tunjukkan permainan gemilang yang membuatnya dianggap sebagai salah satu gelandang paling menjanjikan di sepak bola Eropa.
AC Milan akhirnya mendapatkan pemain berusia 23 tahun itu pada musim panas 2019. Bennacer juga menjadi andalan Timnas Aljazair, dan ikut membawa negaranya menjadi juara Piala Afrika tahun lalu.
Wojciech Szczesny
Setelah bosan dengan kekonyolan Szczesny di dalam maupun luar lapangan, termasuk saat ia ketahuan merokok di kamar mandi, Wenger dan Arsenal putuskan untuk meminjamkan pemain internasional Polandia itu ke AS Roma selama dua tahun.
Sebelum tugasnya di Roma rampung, the Gunners kemudian menyetujui penjualan permanen pemainnya itu ke Juventus pada tahun 2017.
Saat di Roma, Szczesny berhasil mengamankan 14 clean sheet di musim keduanya, hingga membantu klub itu kantongi total poin tertinggi mereka di Serie A.
Lalu, setelah Buffon hengkang ke PSG pada tahun 2018, ia mewarisi nomor punggung satu di skuad Bianconeri dan telah ikut memenangkan dua gelar Serie A serta satu trofi Coppa Italia.
Jeff Reine-Adelaide
Reine-Adelaide awali karirnya di sepak bola di klub Lens, dan ada gebrakan besar saat The Gunners dapatkan jasanya.
Ia seorang flying winger, yang sayangnya tak pernah benar-benar menembus skuad utama Arsenal, karena hanya muncul dalam pertandingan Piala FA melawan Sunderland dan Sutton United.
Secara keseluruhan, Reine-Adelaide bahkan hanya tampil dalam enam pertandingan untuk The Gunners, sebelum akhirnya pindah ke Angers pada tahun 2018 dengan biaya yang tidak diungkapkan setelah tampil menawan saat dipinjamkan ke klub itu.
Pada musim 2018/19, ia diakui sebagai salah satu pemain muda terbaik Prancis, dan kantongi banyak uang saat pindah ke Lyon untuk gantikan Nabil Fekir yang hengkang dari klub itu.
Carlos Vela
Pemain yang mendapat julukan ‘Robbie Fowler dari Meksiko’ ini sayangnya hanya dimainkan SATU KALI!
Dia gabung Arsenal pada tahun 2005, setelah sukses membantu Meksiko memenangkan gelar juara di Piala Dunia U-17 dan memenangkan pula penghargaan Golden Boot.
Vela tunjukkan permainan gemilang bersama The Gunners, terutama di Piala Liga, di mana ia mencetak hattrick saat skuad Wenger membantai Sheffield United, 6-0, pada tahun 2008.
Dengan kesempatan bermain yang sangat terbatas di skuad utama Arsenal, Vela akhirnya dipinjamkan ke West Brom, lalu ke Real Sociedad, di mana ia menjadi bintang di La Liga.
Vela akhirnya pindah permanen ke Sociedad pada tahun 2012, meskipun tak lama kemudian pindah ke MLS dan menjadi bintang di Los Angeles FC.
Giovanni van Bronckhorst
Setelah menjadi bintang di Rangers, pemain internasional Belanda ini pindah ke Arsenal pada tahun 2001. Dia didapuk sebagai pengganti Emmanuel Petit dan bermitra dengan Patrick Vieira di lapangan.
Namun, Van Bronckhorst alami cedera ACL yang membuatnya harus mendekam di ruang perawatan selama berbulan-bulan. Saat kembali, Wenger kesulitan untuk menemukan posisi terbaiknya, hingga Van Bronckhorst menjadi alternatif antara lini tengah dan kiri belakang.
Pada tahun 2003, Van Bronckhorst dipinjamkan ke Barcelona – di mana ia tampil dalam 155 pertandingan, ikut memenangkan dua gelar La Liga dan satu trofi Liga Champions – yang ironisnya diraih Barca lewat kemenangan atas klub induk Van Bronckhorst, Arsenal, dengan skor 2-1.
Lassana Diarra
Mendapat jersey nomor delapan sebagai pengganti Freddie Ljungberg yang hengkang, Diarra disebut Wenger sebagai ‘pemain multi-fungsi’, dan menjadi tambahan yang bagus untuk skuad Arsenal ketika itu. Namun, Wenger malah hampir TIDAK PERNAH memainkan bintang internasional Prancis itu.
Sebaliknya, pelatih itu memilih Mathieu Flamini untuk bermitra dengan Cesc Fabregas di lini tengah tim, sementara Diarra yang memiliki posisi asli sebagai gelandang kadang-kadang bermain sebagai bek kanan.
Setelah hanya lima bulan di Arsenal, Diarra kemudian dijual ke Portsmouth pada tahun 2008. Di klub itu, Diarra justru ikut membantu Portsmouth memenangkan Piala FA di musim yang sama, sebelum akhirnya klub itu menyetujui transfer menakjubkan Diarra ke Real Madrid pada tahun 2009.
Bersama El Real, Diarra makin bersinar. Penyesalan Arsenal pun dipastikan tak berujung, karena Diarra ikut membantu raksasa Spanyol itu memenangkan gelar La Liga. Lalu, di tahun-tahun terakhir karirnya, Diarra ikut membawa PSG memenangkan treble pada tahun 2018.
Saat ini, Diarra memang sudah pensiun. Dia sukses kantongi 34 caps untuk Timnas Prancis, tapi hanya bermain TUJUH KALI untuk Arsenal.
Oguzhan Ozyakup
Gelandang asal Turki itu dikaitkan dengan transfer kembali ke Emirates, yang diyakini telah memintanya kembali setelah kontraknya di Besiktas selesai pada tahun 2018.
Sayangnya, Ozyakup yang kini mengoleksi 42 caps untuk negaranya itu memutuskan untuk tetap bertahan.
Pemain ini sebenarnya merupakan jebolan akademi Arsenal, dan menjadi bagian dari tim yang mengangkat FA Youth Cup pada tahun 2009. Namun, ia hanya tampil dalam dua pertandingan untuk skuad utama the Gunners – salah satunya di ajang Piala Liga melawan Shrewsbury, sebelum akhirnya dijual ke Besiktas.
Ozyakup digambarkan mantan pemain internasional Turki, Rıdvan Dilmen, sebagai ‘pemain cerdas’ yang telah dibanding-bandingkan dengan Zinedine Zidane, karena kemampuannya dalam menggiring bola. Bisa dibayangkan, Arsenal dipastikan sangat menyesal karena telah membiarkannya pergi.